“BEDA ITU INDAH”
Oleh:
Rofiqotul Khasanah
(Anggota
IPPNU Jateng)
Peserta Kemah Pemuda Lintas Agama Jawa Tengah
Semarang-
Salam damai salam sejahtera untuk kita semua.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, suku, ras, dan agama. Allah telah menciptakan keperbedaan itu dengan sebegitu indahnya, dan memang dalam mengelola perbedaan bukanlah hal yang mudah, hanya muslim yang berkualitas iman dan taqwanya yang dititipi oleh Allah swt yang berkemampuan menjaga keseimbangan ini. Karena sejatinya perbedaan itu merupakan sunnatullah yang sengaja dihadirkan oleh Allah swt.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, suku, ras, dan agama. Allah telah menciptakan keperbedaan itu dengan sebegitu indahnya, dan memang dalam mengelola perbedaan bukanlah hal yang mudah, hanya muslim yang berkualitas iman dan taqwanya yang dititipi oleh Allah swt yang berkemampuan menjaga keseimbangan ini. Karena sejatinya perbedaan itu merupakan sunnatullah yang sengaja dihadirkan oleh Allah swt.
FKUB
(Forum Kerukunan Umat Beragama) Provinsi Jawa Tengah yang diketuai oleh Prof.
Mudjahirin Thohir (NU), jum’at hingga sabtu (6-8/2 2015) kemaren, mengadakan
kemah pemuda lintas agama yang bertempat di camping
ground atau bumi perkemahan, salib putih, kota Salatiga. IPPNU tingkat wilayah
bersama peserta lain yang mewakili berbagai kelembagaan yang berlatar belakang
dari lintas agama, diundang secara khusus untuk mengikuti acara
tersebut. Pengangkatan tema “Benar ga’ sich, beda itu indah?” tersebut bertujuan
untuk membangun rasa persaudaraan dan toleransi antar umat beragama tanpa
membedakan status sosial di masyarakatnya, meningkatkan
kualitas kerukunan antar umat beragama serta menjaga keharmonisan dalam
peningkatan wawasan dan pengamalan agama.
Prof.
Mudjahirin, mengatakan “Berkumpul di sini, tidak untuk saling melirik,
mensiasati atau memperebutkan peluang untuk mendominasi dan mendominankan,
melainkan bagaimana kita senantiasa belajar memahami kemuliaan di balik
perbedaan” beliau berharap forum ini sebagai tempat para tokoh dan aktivis
keagamaan dari agama dan aliran keagamaan yang berbeda-beda berkumpul.
Toleransi dan saling menghormati antarsesama itu sangat dibutuhkan agar tercapainya kedamaian dan keharmonisan dalam hidup. Pentingnya bagaimana bersikap dan berperilaku dalam pergaulaan yang suci, berlomba-lomba dalam berkarya, serta memberikan kontribusi bagi pembangunan umat demi kemajuan bangsa dan negara tercinta. Keharmonisan seperti di forum seperti ini harus terus terjaga.
Beliau melanjutkan “Kenapa justru agama-agama yang bergejolak itu yang diimpor ke Indonesia, tidak sebaliknya bahwa agama di Indonesia yang damai ini mestinya diekspor ke negara yang bergejolak”.
Beliau melanjutkan “Kenapa justru agama-agama yang bergejolak itu yang diimpor ke Indonesia, tidak sebaliknya bahwa agama di Indonesia yang damai ini mestinya diekspor ke negara yang bergejolak”.
Acara
yang diperkenalkan dalam kemah tersebut berupa dialog lintas agama dan nobar (nonton bareng). Dialog dengan nuansa
santai tapi berbobot itu bersubtemakan "kebersamaan" yang dinarasumberi oleh enam
pemuka agama se-Jawa tengah. Selanjutnya ada senam aerobik sehat, outbound yang berisi game-game seru
sebagai pengikat persaudaraan antar sesama tim, serta diskusi antar kelompok.
Di moment ini mereka saling berbagi
dan sharing mengenai hal-hal menarik
atau pegalaman berkesan seputar agama. Malam harinya acara api unggun yang diiringi pentas seni dari masing-masing kelompok. Hiburan yang mereka tampilkan
beragam, mulai dari baca puisi, bernyanyi bersama, pertunjukan
drama pendek, stand up comedy, serta uji
nyali. Sebagai penutup menyanyikan lagu kemesraan milik Iwan fals bersama
sembari bergandengan tangan supaya tidak ada lagi sekat di antara sesama.
Output
atau hasil yang didapatkan dari serangkaian acara ini diharapkan tidak hanya
berhenti sampai di sini, akan tetapi tetap berlanjut dan dijadikan sebagai
titik awal penggerak dalam menghidupkan perdamaian di lingkungan masyarakat, tercapainya kebersamaan yang jauh dari sekedar kepura-puraan, serta terciptanya kerukunan dalam suasana
kebhinnekaan dan pruralitas yang ada di masyarakat.
Kerukunan hidup
umat beragama akan bisa tercapai apabila setiap golongan agama memiliki prinsip
“setuju dalam perbedaan” yang artinya mau menerima dan menghormati orang lain
dengan seluruh aspirasi, keyakinan, kebiasaan dan pola hidupnya. Saling menghormati perbedaan beragama dan berkeyakinan antar
umat beragama menjadi penting untuk diwujudkan dengan kedewasaan beragama. Menghormati
perbedaan adalah kunci kerukunan. Perbedaaan itu
tidak untuk dimusuhi, karena pada setiap perbedaan terdapat keindahan.
Prof. Mudjahirin Thohir ketika menyampaikan sambutan
Peserta Outbound Kemah Pemuda
Lintas Agama Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar