Jumat, 17 Juni 2016

Penerapan Teknologi Plasma dengan Memanfaatkan Rancang Bangun Ozone Generator untuk Pengawetan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Guna Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.


Yudi Pratama1), Anna Adianti2), Dhyan Prastiwi3), Rofiqotul Khasanah4), Zaenul Muhlisin5)
1 Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
2 Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
3 Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
4 Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
5 Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Abstrak
Red pepper is one of food which is perishable because of microbes activity. A design tool is needed to extend its lifetimes. A plasma-technology from ozone generator design can react for producing ozone to destroy bacteria. Ozone is very unstable molecule, ionization into original form (oxygen) happened after some times. Ozone will preserve red pepper with high anti-bacterial to prevent from decaying and withering, reduce humidity, enrich oxygen in storage without spoil the taste, texture or nutrition. This is an effective way to preserve a safe red pepper for supporting national food endurance.
Keywords: Red pepper, ozone, ozone generator


1.    PENDAHULUAN


            Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas unggulan yang dikenal sebagai penyedap dan pelengkap menu masakan khas Indonesia. Kebutuhan akan cabai merah semakin meningkat dengan semakin beragamnya jenis dan menu masakan yang menggunakan cabai merah serta karena semakin tingginya ekspor akan komoditas tersebut (Barus,2006). Pembusukan cabai merah disebabkan karena selama proses penyimpanan, cabai merah tersebut masih melakukan aktivitas yang memanfaatkan cadangan makanan yang tersisa. Dengan adanya perkembangan ilmu dalam bidang plasma, saat ini kami memberikan solusi praktis menyelesaikan masalah pembusukan untuk cabai merah salah satunya dengan memanfaatkan rancang bangun ozon generator yang ramah lingkungan, hemat energi berteknologi plasma.
            Plasma adalah gas yang terionisasi dan merupakan fase keempat dari sebuah materi. Dari hasil penelitian, plasma dapat membunuh kuman, bakteri atau mikro-organisme (Moreau,2008). Pembuatan ozone dari oksigen atau udara merupakan salah satu proses plasma kimia.
            Ozone merupakan molekul yang terdiri dari tiga atom oksigen yang secara alamiah dapat terbentuk melalui radiasi sinar ultraviolet  pancaran  sinar  matahari. Ozone  dapat  pula  dibuat  dengan metode dielectric barrier discharge. Ozone adalah salah satu pembasmi bakteri, virus dan bau terkuat di dunia yang hanya diproduksi dalam keadaan ekstrim (Harling,2009).
            Saat ini berbagai macam aplikasi teknologi plasma telah berkembang mulai dari bidang pangan, pertanian, dan medis. Ozone generator merupakan alternatif baru dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah namun potensinya harus ditingkatkan lagi. Penguasaan teknologi plasma dengan memanfaatkan rancang bangun ozone akan memberikan peluang untuk meningkatkan nilai tambah SDA Indonesia, sehingga menjadi bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
Luaran yang di harapkan dari aspek pendidikan yaitu dapat dijadikan panduan dalam pembuatan penelitian lain yang mirip dengan penelitian ini yaitu dengan mengubah sampelnya seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan, umbi-umbinya ataupun rempah-rempah lainnya merancang serta menciptakan penemuan penemuan baru berbasis teknologi yang dapat menyediakan kebutuhan masyarakat.
Bagi civitas Universitas adalah melakukan pembimbingan serta pengembangan riset dan teknologi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Bagi masyarakat adalah pengawetan cabai merah menggunakan rancang bangun ozon ini dapat memecahkan masalah yang selama ini yaitu membunuh bakteri, jamur maupun mikro-organisme lain pada cabai merah sehingga tidak mudah busuk.

2. METODE PENELITIAN
            Penelitian ini menggunakan alat ozonizer yang berbasis DBD (Dielectric Barrier Discharge) yaitu lucutan yang dibangkitkan diantara dua elektroda (elektroda positif yaitu yang disebut dengan elektroda titik dan elektroda bidang) dengan adanya penghalang dielektrik, dimana penghalang dielektrik yang digunakan adalah pyrex yang berperan sebagai isolator.
            Adapun penelitian ini berfokus pada pengawetan cabai merah (capsicum anuum L.) menggunakan ozonizer. Ozonizer memiliki voltase sebesar 110v atau 220 v, konsumsi daya 15 W dan keluaran dari ozon adalah 0.4 g/h. Cabai merah yang digunakan sebanyak 10 buah untuk setiap sampel, kemudian dicuci dengan menggunakan air yang mendapat perlakuan ozon selama 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Kemudian terdapat sebuah sampel tanpa perlakuan ozon yang mana merupakan variabel kontrolnya. Pencucian dilakukan selama 5 menit untuk setiap sampel. Masing-masing sampel tersebut diberikan perlakuan keadaan yang berbeda, yaitu; sampel yang dibiarkan terbuka dalam udara bebas, sampel tertutup yang disimpan dalam ruang tertutup (ruang kaca) dan sampel tertutup yang disimpan didalam lemari pendingin. Adapun tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengetahui waktu efektif lama pengozonan dan kondisi yang tepat untuk digunakan dalam penyimpanan cabai merah.

(1)                              (2)
Gambar 1. Tahap pengozonan di dalam air selama 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit (1). Dilanjutkan dengan perendaman cabai merah yang telah di lakukan pengozonan yang di rendam masing-masing selama 5 menit.


3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Ketercapaian
            Melakukan pengamatan pada sampel cabai merah dengan berbagai variasi sampel, sampel tertutup didalam lemari pendingin, sampel tertutup didalam ruang kaca dan sampel terbuka diudara bebas dengan masing-masing sampel mendapat perlakuan pengozonan selama 0 menit (tanpa pengozonan), 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit. Pada kondisi akhir didapatkan cabai merah dengan perlakuan yang paling baik adalah pada sampel tertutup dalam lemari pendingin, keadaan cabaai ini rata-rata tidak berjamur. Sedangkan kondisi sampel yang tertutup didalam ruang kaca banyak yang ditumbuhi belatung, untuk sampel yang terbuka diudara bebas cabainya menjadi kering.








Gambar 1. Sampel tertutup didalam lemari pendingin

Gambar 2. Sampel tertutup didalam ruang kaca

https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/v/t34.0-12/13275938_1298336043528436_2056343711_n.jpg?oh=55744dc00f8bd98d4e81a73cffbc76d9&oe=57466F66Gambar 3. Sampel terbuka diudara bebas

            






Secara garis besar,pada percobaan ini terdapat tiga perlakuan yang berbeda, yaitu sampel yang tertutup diletakkan dalam lemari pendingin, sampel tertutup dalam ruang kaca dan sampel terbuka di udara bebas. Adapun perbedaan lama waktu pengozonan adalah selama 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit dan tanpa pengozonan. Pada kondisi akhir didapatkan cabai merah dengan perlakuan yang paling baik adalah pada sampel tertutup dalam lemari pendingin, keadaan cabaai ini rata-rata tidak berjamur. Sedangkan kondisi sampel yang tertutup didalam ruang kaca banyak yang berjamur, untuk sampel yang terbuka diudara bebas cabainya menjadi kering. Berikut merupakan tabel hasil uji bakteri yang telah dilakukan.

Tabel 1. Hasil Uji Bakteri
Kode Sampel
Jumlah Koloni (CFU/mL)
Keterangan
Tertutup dalam lemari pendingin
(tanpa pengozonan)
0
Sama sekali tidak terdapat bakteri dalam sampel
Tertutup dalam lemari pendingin
(5 menit pengozonan)
0
Sama sekali tidak terdapat bakteri dalam sampel
Tertutup dalam lemari pendingin
(10 menit pengozonan)
0
Sama sekali tidak terdapat bakteri dalam sampel
Tertutup dalam lemari pendingin
(15 menit pengozonan)
0
Sama sekali tidak terdapat bakteri dalam sampel
Tertutup dalam lemari pendingin
(20 menit pengozonan)
0
Sama sekali tidak terdapat bakteri dalam sampel
Tertutup dalam ruang kaca (tanpa pengozonan)
9.7 x 108
-
Tertutup dalam ruang kaca (5 menit pengozonan)
2.6 x 109
-
Tertutup dalam ruang kaca (10 menit pengozonan)
5.4 x 109
-
Tertutup dalam ruang kaca (15 menit pengozonan)
1.2 x 1010
-
Tertutup dalam kulkas
(20 menit pengozonan)
8.8 x 109
-
Terbuka diluar ruangan
(tanpa pengozonan)
1.3 x 104
-
Terbuka diluar ruangan
(5 menit pengozonan)
2.9 x 105
-
Terbuka diluar ruangan
(10 menit pengozonan)
2.4 x 104
-
Terbuka diluar ruangan
(15 menit pengozonan)
8 x 102
-
Terbuka diluar ruangan
(20 menit pengozonan)
1.2 x 105
-
           
            Pada percobaan tersebut, sampel tertutup didalam lemari pendingin tidak ditumbuhi koloni bakteri sama sekali, berbeda dengan sampel tertutup didalam ruang kaca yang dalam kondisi lembab. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh banyak, koloni bakteri terbanyak ada pada lama waktu pengozonan 15 menit hingga mencapai 1010 CFU. Pada sampel terbuka diudara bebas, ditumbuhi beberapa koloni bakteri sebesar 105 pada lama pengozonan 5 menit.

4. KESIMPULAN
            Kesimpulan dari pelaksanaan PKM-PE yang berjudul Penerapan Teknologi Plasma dengan Memanfaatkan Rancang Bangun Ozone Generator untuk Pengawetan Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Guna Mendukung Ketahanan Pangan Nasional adalah sebagai berikut:

1.      Ozone generator merupakan salah satu alat berteknologi plasma yang terbarukan, dapat dijadikan sebagai salah satu metode pengawetan cabai merah
2.      Waktu efektif lama pengozonan untuk cabai merah adalah 15 menit
3.      Keadaan yang tepat untuk menyimpan cabai merah adalah pada tempat tertutup didalam lemari pendingin
   

            4. REFERENSI

(1)   Anonim. 2011. Terapi Ozone Cegah Penuaan Dini.[http://rumahcantikcitra.co.id/node/3717] diunduh tanggal 8/9/2011.
(2)   Fridman, Alexander. 2008. Plasma – Chemistry. UK : Cambridge University Press.
(3)   Harling, Alice., dkk. 2009. The Role of Ozone in the Plasma-catalytic Destruction of Environmental Pollutants. ScienceDirect : Applied Catalysis B: Environmental diunduh tanggal 5/9/2011.MB-IPB. 2002.
Bawang Merah.
[https://www.google.co.id/search?q=bawang+merah+pdf&oq=bawang+merah+pdf&aqs=chrome..69i57j0l5.5321j0j7&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-8] diunduh tanggal 17/09/2014.
(4)   McDonough, Marissa X. 2011. Ozone Application in a Modified Screw Conveyor to Treat Grain for Insect Pests, Fungal Contaminants, and Mycotoxins. ScienceDirect : Journal of Stored Product Research diunduh tanggal 5/9/2011.
(5)   Moreau, Z., M. Janda, K. Hensel, I. Jedlovsky and L. Lestinka. 2006. Emission Spectroscopy of Atmospheric Pressure Plasma for Bio-medical and Environmental Applications. ScienceDirect : Slovakia.
(6)   LIPI. 2007. Teknologi Ozon Alternatif Pengawetan Makanan yang Aman. [http://www.lipi.go.id/www.cgi?berita&1174722813&&2007&] diunduh tanggal 5/9/2011.